Minggu, 26 Januari 2014

Percobaan 2 Pembuatan dan standarisasi Larutan Kimia Dasar 1



PERCOBAAN 2
 PEMBUATAN DAN STANDARISASI LARUTAN


2.1  Pendahuluan
2.1.1 Tujuan Percobaan
  Tujuan percobaan ini adalah  :
1.      Menghitung konsentrasi larutan dengan bebrapa satuan
2.      Menetukan konsentrasi larutan asam dengan larutan NaCO3
2.1.2 Latar Belakang
     Larutan terbagi menjadi 3 golongan,, yaitu bersifat asam, basa dan netral. Asam, basa dannetral bias ditemukan dikehidupan sehari-hari. Contoh asam seperti jus jeruk, cuka, kopi, jus, dan tomat. Contoh basa seperti larutan boraks, pasta gigi, air soda, soda pembersih, larutan soda kue, sedangkan contoh netral seperti air bumi, susu dan urin.
              Di industri asam cuka, seorang praktikan wajib mengetahui tata cara pengenceran. Pengenceran dilakukan agar larutan tidak terlalu pekat, sehingga aman untuk digunakan. Reaksi asam basa banyak digunakan pada industri-industri seperti industry pembuatan deterjen, pupuk, garam dapur dan lain-lain. Aplikasi titrasi dalam industri seperti pembuatan deterjen. Deterjen mengandung senyawa Na2Co3 yang terbentuk dari reaksi titrasi dalam laboratorium industry. NaOH+H2CO3 ―Na2Co3+2H2O.
             Diharapkan setelah lulus dan kemudian harinya praktikan bekerja disebuah pabrik, praktikan bias pandai dalam hal praktikum, sehingga pabrik tersebut tidak perlu membeli bahan-bahan yang pada dasarnya bias diolah melalui kegiatan praktikum asam basa. Jadi, suatu saat pabrik tidak akan tergantung lagi dengan hanya membeli bahan-bahan dari luar.  
2.2 Dasar Teori
          Larutan adalah campuran homogeny dalam suatu campuran terdapat molekul-molekul tom-atom, ion-ion dan zat atau lebih disebut campuran karena susunannya dapat diubah-ubah disebut campuran homogeny karena kommponen-komponen nya telah kehilangan sifat fisik dan susunannya sangat seragam sehingga tidak dapat diamati. (Kimia 1. Isfan anshary)
1.      komponen larutan
ada dua komponen yang penting dalam suatu larutannya, pelarut dan zat yang dilarutkan dalam pelarut tersebut. Zat yang dilarutkan disebut zat terlarut. Apabila dia aatau lebih komponen dicampurkan dan membentuk campuran homogen larutan yang dihasilkan dapat berfase gas. Larutan cair dan padat. (Kimia 2. Renny Karyas)
2.      konsentrasi larutan
konsentrasi larutan menyatakan banyaknya zat dalam suatu larutan, apabila zat terlalu banyak sekali sedangkan pelarutan sedikit maka dapat dikatakan bahwa larutan itu pekat atau konsentrasinya sangat tinggi. Sebaiknya bila zat yang terlarut sedikit sedangkan pelarutan sangat banyak dapat dikatakan larutan itu encer (konsentrasinya sangat rendah).
            Banyak cara untuk memeriksa konsentrasi larutan yang semuanya menyatakan antitas pelarut (larutan) dengan demikian setiap system konsentrasi harus menyatakan butir-butir berikut :
-                          satuan yang digunakan untuk zat terlarut
-                          kuantitas kedua dapat berupa pelarut atau larutan
-                          system yang digunakan untuk kuantitas keduanya.  (Kimia Dasar Jilid 2. R.petrucci)
Konsentrasi dapat dinyatakan dengan cara berikut :
                                                              i.      persen volume
persen volume menyatakan jumlah liter zat terlarut dalam suatu larutan
                                                            ii.      persen massa
persen massa menyatakan jumalah gram zat terlarut dalam 100 gram larutan.
                                                          iii.      Molaritas
Molaritas menyatakan jumlah mol zat terlarut dalam satu liter larutan cara menghitungnya : konsentrasi molar jumlah mol terlarut
                                                             Jumlah L larutan
                                                          iv.      Imolaritas
Imolaritas menyatakan jumlah mol zat terlarut per kilogram kelarutan terkandung dalam suatu larutan molaritas (m) tidak dapat dihitung dari konsentrasi molar (M) kecuali jika ratakan (densitas) larutan itu diketahui.
                                                            v.      Fraksi mol
Fraksi mol dalam suatu larutan adalah jumlah gram ekuevalen zat terlarut yang terkandung didalam satu liter larutan. Batas ekuevalen adalah fraksi bobot molekul yang berkenaan dengan  satu-satuan tertentu proyeksi kimia dan satu gram ekuevalen adalah fraksi yang sama daripada satu mol. Cara menghitungnya :
N = gram ekuevalen zat terlarut
                                           Cm3 larutan satu liter larutan
                                                          vi.      Fraksi mol
Fraksi mol suatu dalam larutan di definisikan banyaknya mol (n) komponen dibagi dengan jumlah mol keseluruhan komponen dalam larutan itu jumlah fraksi seluruh komponen dalam setiap larutan. Berikut cara perhitungannya :
Y (terlarut) = n (terlarut)
                     n (terlarut) + n (pelarut)
x (pelarut) = n (terlarut)
                     n (terlarut) + n (pelarut)
dalam persentase mol dinyatakan sebagai mol persen. (Kimia 2. Benny karyandi)
          skala konsentrasi molar dan normalitas bermanfaat untuk eksperimen volumentri dimana kuantitas zat terlarut dalam larutan. Dengan volume bagian larutan itu, skala normalitas sangat menolong dalam membandingkan volume dan larutan yang diperlukan untuk bereaksi secara kimia.
        Keterbatasan skala normalitas adalah bahwa suatu larutan mungkin mempunyai lebih dari satu nilai normalitas bergantung pada reaksi lyang menggunakannya. Konsentrasi molar larutan sebaliknya merupakan suatu bilangan tetap karena bobot zat itu tidak bergantung pada reaksi yang menggunakannya. Skala fraksi mol sangat berguna dalam karya-karya teoritas karena banyak sifat-sifat fisika larutan dapat dinyatakan dengan lebih jelas dalam perbandingan jumlah molekul pelarut dan zat terlarut. (Kimia Dasar. E.G Jelumi (Rossenberg))

2.3 METODOLOGI
2.3.1  Alat
              Alat-alat yang digunakan :
-          Erlenmeyer      100 ml
-          Buret
-          Gelas piala       100 ml
-          Labu takar       100 ml
-          Pipet tetes
-          Propipet
-          Corong
-          Termometer
-          Statif
-          Gelas arloji
-          Neraca analiti
-          Botol semprot
-          Pemanas listrik
-          Pipet mohr
-          Sudip



2.3.2 Bahan
              Bahan-bahan yang digunakan :
-          NaOH padat
-          HCL pekat
-          Na2CO3
-          Indikator PP
-          Metil merah
-          Aquadest
2.3.3 Prosedur Kerja
2.3.3.1 Pembuatan larutan HCL 0,1 M
1.      Menimbang labu takar 100 ml,mengisi dengan aquadest hingga ¾ nya,kemudian timbang lagi mengukur suhunya.
2.      Menimbang gelas ukur kosong,mengisi HCL kedalam gelas ukur kemudian menimbang lagi mengukur volume suhunya dengan termometer
3.      Melarutkan 0,86 ml (untuk HCL 36% densitas 1,179 kg/L)pekat secara hati-hati kedalam labu takar menambahkan aquadest hingga 100 ml kemudian mengkocok agar homogeny
2.3.3.2 Pembuatan larutan NaOH 0,1 N
1.      Menimbang NaOH padatan 0,4 dengan neraca analitik
2.      Melarutkan kedalam gelas piala NaOH dalam gelas piala dengan sedikit air yang baru dihangatkan
3.      Merasakan larutan apakah terasa lebih panas atau lebih dingin dari sebelumnya
4.      Memindahkan larutan kedalam labu takar 100 ml,membilas gelas piala dengan aquadest
5.      Mengencerkan sampai tanda terang mengkocok agar homogen tercampur


2.3.3.3 Standarisasi larutan HCL 0,1 M dengan larutan NaCO 0,1 N
1.      Melarutkan HCL dari langkah (a) sebanyak 10 ml
2.      Menambahkan 3 tetes indikator PP
3.      Mengisi buret dengan larutan NaCO 0,1 N.membaca miniskus awal dan mentitrasi larutan HCL hingga terjadi perubahan warna NaCO 0,1 N yang diperlukan titrasi
4.      Menghitung normalitas HCL hingga desimal dengan persamaan berikut
N HCL actual = NaCO V NaCO ÷ V HCL
2.3.3.4 Penentuan konsentrasi NaOH dengan HCL
1.      Memasukkan larutan NaOH (langkah b)
2.      Menambahkan indikator PP
3.      Mengisi buret dengan larutan HCL 0,1 N (langkah a) membaca miniskus awalnya
4.      Mentitrasi larutan dan mencatat pembacaan volume akhir setelah terjadi perubahan warna
5.      Menghitung konsentrasi NaOH
N NaOH actual = N HCL actual V HCL ÷ V NaOH
2.3.3.5 Penentuan faktor normalitas dari HCL dan NaOH yang telah di standarisasi
1.      Menghitung faktor normalitas dari HCL terstandarisasi dengan persamaan faktor normalitas
HCL = N HCL actual ÷ N NaOH teoritas
2.      Menghitung faktor normalitas dari NaOH terstandarisasi dengan persamaan faktor normalitas
NaOH = N NaOH actual ÷ N NaOH teoritas




2.4    HASIL DAN PEMBAHASAN
2.4.1 Hasil pengamatan
Tabel 2.2 tabel pembuatan larutan HCL
No
Prosedur Kerja
Hasil
1.
Menimbang labu ukur 100 ml kosong
65,81 gram
2.
Mengisi dengan aquadest ¾ menimbang dan mengukur suhunya
186,996 gram
Suhu 31˚
3.
Menimbang gelas ukur kosong 100 ml
30,2316 gr

Mengisi gelas ukur dengan 0,9 ml HCL menimbang dan mengukur suhunya
30,996 gr
Suhu 34˚C

Tabel 2.3 Pembuatan larutan NaOH
No
Prosedur kerja
Hasil
1.
Menimbang NaOH dengan neraca analitik
NaOH 0,4 gram
2.
Melarutkan NaOH dengan air hangat didalam gelas piala
Butiran NaOH larut
3.
Merasakan larutan apakah terasa lebih panas tetap atau lebih dingin dari sebelumnya
Larutan terasa lebih panas

Memindahkan larutan kedalam takar 100 ml mengisi dengan aquadest mengkocok agar homogen
Larutan  NaOH encer
V NaOH 100 ml

Tabel 2.4 Standarisasi larutan HCL 0,1 dengan larutan NaCO
No
Prosedur Kerja
Hasil
1.
Memasukkan 10 ml HCL (langkah 2,3,3,1) kedalam Erlenmeyer
Larutan didalam Erlenmeyer
2.
Menambahkan 3 tetes metil orange kedalam 10 ml HCL di erlenmeyer
Warna larutan merah muda
3.
Mengisi buret dengan CaCO 0,1 N membaca miniskus awal dan mentitrasi larutan HCL hingga terjadi perubahan warna
V titrasi awal = 21,3 ml warna menjadi kuning
V titrasi akhir = 9,1 ml
4.
Mencatat volume larutan NaCO 0,1 yang diperlukan titrasi
∆V titrasi = 21,3 – 9,1 ml = 12,2 ml

Tabel 2.5 Penentuan konsentrasi NaOH dengan HCL
No
Prosedur kerja
Hasil
1.
Memasukkan NaOH (langkah 2,3,3,2) sebanyak 10 ml kedalam Erlenmeyer

2.
Menambahkan 3 tetes indikator PP (phenolphtalein)


Mengisi buret dengan HCL 0,1 N (langkah 2,3,3,1) membaca miniskus awalnya

4.
Mentitrasi larutan dan mencatat volume akhir setelah perubahan warna pada larutan
Warna menjadi bening
V titrasi akhir = 39,0 ml
∆V titrasi = 39,0 ml – 28,3 ml = 10.7 ml


2.5    PEMBAHASAN
Praktikum ini bertujuan mempelajari sifat keasaman/kebebasan suatu larutan : terlebih dahulu membuat larutan HCL.sebelum pembuatan larutan HCL adalah menimbang gelas ukur dan labu ukur untuk mengetahui berat larutan sebenarnya.melakukan pengukuran suhunya dilakukan sebelum pencampuran HCL dengan aquadest maupun setelahnya.suhu setelah tercampur lebih rendah,mengetahui reaksi HCL pekat merupakan reaksi yang membebaskan panas ke lingkungan dapat di amati kenaikan temperaturnya setelah pencampuran.
HCL adalah gas tak berwarna dan berbau tajam sangat larut didalam air dengan membentuk asam kuat.kadar atau konsentrasi HCL (asam) dapat ditentukan melalui proses titrasi dengan mereaksikan HCL (titrat) yang ditambahkan indikator PP 3 tetes dengan NaOH (titrat) titrasi harus dihentikan bila larutan HCL yang dicampur 3 tetes berubah warna dari bening hingga menjadi merah muda volume NaOH =39,0 ml.volume yang digunakan akan mempengaruhi hasil ketika NaOH di tetesi metil merah yang mempunyai trayek 4,0 – 5 dari bening menjadi warna pink karena NaOH adalah larutan basa maka warna yang terjadi akan menjadi pink.terjadi karena larutan HCL dalam keadaan titik ekuivalen yang mana PHnya sudah tepat pada saat asam dan basa ekuivalen.
Dari semua,titrasi hasil perhitungan konsentrasi 39,0 ml

2.6    PENUTUP
2.5.1 Kesimpulan
                        Kesimpulan yang terdapat dari percobaan ini :
1.         Konsentrasi larutan standard an NaCO 9,1 ml
2.         Aquadest digunakan sebagai pengenceran agar tidak terlalu asam
3.         Konsentrasi NaOH dengan indikator PP 39 ml
2.5.2 Saran
Sebelum praktikum memperhatikan kebersihan alat-alat agar saat percobaan larutan tidak gagal.





                    


DAFTAR PUSTAKA

Anshary,irfan,1999,kimia 1,erlangga,Jakarta
Brdy,t,jame,1998,kimia,universitas edisikes,Jakarta
Karyadi,beni,1997,kimia 11,Jakarta
Nonimus
Petrucci,Ruteh H,1996,kimia dasar,Erlangga,Jakarta
           


















LAMPIRAN
Diagram Aliran
a). pembuatan larutan HCL
            aquadest
                                  •mengisi laba takar 100 ml yang sudah di timbang sebelumnya
               HCL
          •mengisi kedalam gelas ukur yang sudah ditimbang sebelumnya dan kemudian menimbang dan mengukur suhunya
0,86 ml HCL dan 1,66 ml
                 HCL
          •menuang secara hati-hati kedalam labu takar           
            Aquadest
                        •menambahkan aquadest 100 ml,mengkocok dan menimbang kemudian mengukur suhunya
b) Pembuatan larutan NaOH
NaOH padat 0,4 gram
            •menimbang dengan neraca analitik
            •memasukkan kedalam gelas piala dan menambahkan sedikit air yang baru dihangatkan
            •merasakan larutan apakah lebih terasa panas,tetap atau lebih dingin dari sebelumnya
            •memindah larutan dalam labu takar 100 ml dan mengencerkan dengan cara mengocok
c) Standarisasi larutan HCL dengan NaCO
larutan HCL dengan NaCO
            •melarutkan HCL 10 ml kedalam Erlenmeyer
            •menambahkan 3 tetes metil orange
            LAMPIRAN 2
1. pembuatan larutan HCL
Diketahui :
            Massa labu takar 100 ml = 65,89 gr
            Massa labu takar + aquadest = 138,7590 gr
            Massa gelas ukur = 30,2316 gr
            Massa gelas ukur + aquadest + HCL = 166,099 gr
            Volume HCL = 8,6 ml
            BM HCL = 36,5 gr/mol
            BM aquadest = 18 gr/mol
            V pengenceran = 100 ml
Ditanya :
a.                   %  =
b.                  %  =
c.                   Molaritas =
d.                  Molalitas =
e.                   PP =
f.                   Fraksi mol =
Penyelesaian :
M HCL = (m.gelas ukur + HCL) – (m.gelas ukur kosong)
             =30,2316 – 166,099
             = 135,867
M campuran = (m.labu takar HCL aquadest) – (m.labu takar kosong)
                     = 138,7590 – 65,8
                     = 72,259
M aquadest = (m.labu takar + aquadest) – (m.labu takar kosong)
                    = 30,2316 – 65,8
                  = 35,5684
a)                  %  =  =  × 100 % = 1,86 %
b)                  %  =  × 100 % =  × 100 % = 8,6 %
c)                  Molaritas
n HCL =  =  = 3,722 mol
m =  =  = 37,22 M
d)                 Molalitas
M =  ×  = 0,028 M
e)                  PPM
PPM =   10 =  × 10
         = 1,86×10 PPM
f)                   Fraksi mol
N aquadest =  =  ×1,276
Fraksi mol =  =  = 0,625
b) pembentukan larutan NaOH
diketahui :       massa NaOH =0,4 gr
                        volume pengenceran = 100 ml = 0,1 L
                        BM NaOH = 40 gram/mol
Ditanya :         a) mol NaOH …?
                        b) %  …?
Jawab :
a)                  m NaOH = m NaOH/BM NaOH × v pengenceran
  = 0,4 / 40 × 0,1
  = 0,1
b)                  %  =  × 100 % =  × 100 % = 0,4
C) penentuan konsentrasi larutan HCL dengan larutan NaCO
Diketahui :      ∆V NaCO = 10 ml
                        N NaCO = 0,1 N
                        Volume HCL = 10 ml
Ditanya : Normalitas HCL actual…?
Penyelesaian : N HCL actual =
                        N HCL actual =
                        N HCL actual = 0,1 N
d) penentuan konsentrasi NaOH dengan HCL
diketahui :       volume NaOH =10 ml
                        ∆ HCL = 12,8 ml / 13 ml
Ditanya : Normalitas NaOH actual =…?
Penyelesaian :
N NaOH actual =
N NaOh actual =
N NaOH actual = 0,13 N
e) Faktor normalitas dari HCL dan NaOH yang telah di standarisasi
1. faktor normalitas dari HCL terstandarisasi
faktor normalitas HCL =
                                    =  = 1
2. Faktor normalitas NaOH terstandarisasi
Faktor normalitas NaOH = =  = 1,3

Tidak ada komentar:

Posting Komentar