PERCOBAAN
2
PEMBUATAN DAN STANDARISASI LARUTAN
2.1 Pendahuluan
2.1.1
Tujuan Percobaan
Tujuan
percobaan ini adalah :
1. Menghitung
konsentrasi larutan dengan bebrapa satuan
2. Menetukan
konsentrasi larutan asam dengan larutan NaCO3
2.1.2
Latar Belakang
Larutan
terbagi menjadi 3 golongan,, yaitu bersifat asam, basa dan netral. Asam, basa
dannetral bias ditemukan dikehidupan sehari-hari. Contoh asam seperti jus
jeruk, cuka, kopi, jus, dan tomat. Contoh basa seperti larutan boraks, pasta
gigi, air soda, soda pembersih, larutan soda kue, sedangkan contoh netral
seperti air bumi, susu dan urin.
Di
industri asam cuka, seorang praktikan wajib mengetahui tata cara pengenceran.
Pengenceran dilakukan agar larutan tidak terlalu pekat, sehingga aman untuk
digunakan. Reaksi asam basa banyak digunakan pada industri-industri seperti
industry pembuatan deterjen, pupuk, garam dapur dan lain-lain. Aplikasi titrasi
dalam industri seperti pembuatan deterjen. Deterjen mengandung senyawa Na2Co3
yang terbentuk dari reaksi titrasi dalam laboratorium industry. NaOH+H2CO3
―Na2Co3+2H2O.
Diharapkan
setelah lulus dan kemudian harinya praktikan bekerja disebuah pabrik, praktikan
bias pandai dalam hal praktikum, sehingga pabrik tersebut tidak perlu membeli bahan-bahan
yang pada dasarnya bias diolah melalui kegiatan praktikum asam basa. Jadi,
suatu saat pabrik tidak akan tergantung lagi dengan hanya membeli bahan-bahan
dari luar.
2.2
Dasar Teori
Larutan
adalah campuran homogeny dalam suatu campuran terdapat molekul-molekul
tom-atom, ion-ion dan zat atau lebih disebut campuran karena susunannya dapat
diubah-ubah disebut campuran homogeny karena kommponen-komponen nya telah
kehilangan sifat fisik dan susunannya sangat seragam sehingga tidak dapat
diamati. (Kimia 1. Isfan anshary)
1. komponen
larutan
ada dua komponen yang penting dalam
suatu larutannya, pelarut dan zat yang dilarutkan dalam pelarut tersebut. Zat
yang dilarutkan disebut zat terlarut. Apabila dia aatau lebih komponen
dicampurkan dan membentuk campuran homogen larutan yang dihasilkan dapat
berfase gas. Larutan cair dan padat. (Kimia 2. Renny Karyas)
2. konsentrasi
larutan
konsentrasi larutan menyatakan banyaknya
zat dalam suatu larutan, apabila zat terlalu banyak sekali sedangkan pelarutan
sedikit maka dapat dikatakan bahwa larutan itu pekat atau konsentrasinya sangat
tinggi. Sebaiknya bila zat yang terlarut sedikit sedangkan pelarutan sangat
banyak dapat dikatakan larutan itu encer (konsentrasinya sangat rendah).
Banyak cara untuk memeriksa
konsentrasi larutan yang semuanya menyatakan antitas pelarut (larutan) dengan
demikian setiap system konsentrasi harus menyatakan butir-butir berikut :
-
satuan yang digunakan
untuk zat terlarut
-
kuantitas kedua dapat
berupa pelarut atau larutan
-
system yang digunakan
untuk kuantitas keduanya. (Kimia Dasar
Jilid 2. R.petrucci)
Konsentrasi
dapat dinyatakan dengan cara berikut :
i.
persen volume
persen volume
menyatakan jumlah liter zat terlarut dalam suatu larutan
ii.
persen massa
persen massa
menyatakan jumalah gram zat terlarut dalam 100 gram larutan.
iii.
Molaritas
Molaritas
menyatakan jumlah mol zat terlarut dalam satu liter larutan cara menghitungnya
: konsentrasi molar jumlah mol terlarut
Jumlah L larutan
iv.
Imolaritas
Imolaritas
menyatakan jumlah mol zat terlarut per kilogram kelarutan terkandung dalam
suatu larutan molaritas (m) tidak dapat dihitung dari konsentrasi molar (M)
kecuali jika ratakan (densitas) larutan itu diketahui.
v.
Fraksi mol
Fraksi
mol dalam suatu larutan adalah jumlah gram ekuevalen zat terlarut yang
terkandung didalam satu liter larutan. Batas ekuevalen adalah fraksi bobot
molekul yang berkenaan dengan
satu-satuan tertentu proyeksi kimia dan satu gram ekuevalen adalah
fraksi yang sama daripada satu mol. Cara menghitungnya :
N
= gram ekuevalen zat terlarut
Cm3 larutan satu liter
larutan
vi.
Fraksi mol
Fraksi mol suatu
dalam larutan di definisikan banyaknya mol (n) komponen dibagi dengan jumlah
mol keseluruhan komponen dalam larutan itu jumlah fraksi seluruh komponen dalam
setiap larutan. Berikut cara perhitungannya :
Y
(terlarut) = n (terlarut)
n (terlarut) + n (pelarut)
x
(pelarut) = n (terlarut)
n (terlarut) + n (pelarut)
dalam persentase
mol dinyatakan sebagai mol persen. (Kimia 2. Benny karyandi)
skala
konsentrasi molar dan normalitas bermanfaat untuk eksperimen volumentri dimana
kuantitas zat terlarut dalam larutan. Dengan volume bagian larutan itu, skala
normalitas sangat menolong dalam membandingkan volume dan larutan yang
diperlukan untuk bereaksi secara kimia.
Keterbatasan
skala normalitas adalah bahwa suatu larutan mungkin mempunyai lebih dari satu
nilai normalitas bergantung pada reaksi lyang menggunakannya. Konsentrasi molar
larutan sebaliknya merupakan suatu bilangan tetap karena bobot zat itu tidak
bergantung pada reaksi yang menggunakannya. Skala fraksi mol sangat berguna
dalam karya-karya teoritas karena banyak sifat-sifat fisika larutan dapat
dinyatakan dengan lebih jelas dalam perbandingan jumlah molekul pelarut dan zat
terlarut. (Kimia Dasar. E.G Jelumi (Rossenberg))
2.3 METODOLOGI
2.3.1 Alat
Alat-alat yang digunakan :
-
Erlenmeyer 100 ml
-
Buret
-
Gelas piala 100 ml
-
Labu takar 100 ml
-
Pipet tetes
-
Propipet
-
Corong
-
Termometer
-
Statif
-
Gelas arloji
-
Neraca analiti
-
Botol semprot
-
Pemanas listrik
-
Pipet mohr
-
Sudip
2.3.2
Bahan
Bahan-bahan yang digunakan :
-
NaOH padat
-
HCL pekat
-
Na2CO3
-
Indikator PP
-
Metil merah
-
Aquadest
2.3.3
Prosedur Kerja
2.3.3.1
Pembuatan larutan HCL 0,1 M
1. Menimbang
labu takar 100 ml,mengisi dengan aquadest hingga ¾ nya,kemudian timbang lagi
mengukur suhunya.
2. Menimbang
gelas ukur kosong,mengisi HCL kedalam gelas ukur kemudian menimbang lagi
mengukur volume suhunya dengan termometer
3. Melarutkan
0,86 ml (untuk HCL 36% densitas 1,179 kg/L)pekat secara hati-hati kedalam labu
takar menambahkan aquadest hingga 100 ml kemudian mengkocok agar homogeny
2.3.3.2 Pembuatan larutan
NaOH 0,1 N
1. Menimbang
NaOH padatan 0,4 dengan neraca analitik
2. Melarutkan
kedalam gelas piala NaOH dalam gelas piala dengan sedikit air yang baru dihangatkan
3. Merasakan
larutan apakah terasa lebih panas atau lebih dingin dari sebelumnya
4. Memindahkan
larutan kedalam labu takar 100 ml,membilas gelas piala dengan aquadest
5. Mengencerkan
sampai tanda terang mengkocok agar homogen tercampur
2.3.3.3
Standarisasi larutan HCL 0,1 M dengan larutan Na₂CO₃ 0,1 N
1. Melarutkan
HCL dari langkah (a) sebanyak 10 ml
2. Menambahkan
3 tetes indikator PP
3. Mengisi
buret dengan larutan Na₂CO₃ 0,1 N.membaca
miniskus awal dan mentitrasi larutan HCL hingga terjadi perubahan warna Na₂CO₃ 0,1 N yang
diperlukan titrasi
4. Menghitung
normalitas HCL hingga desimal dengan persamaan berikut
N HCL actual =
Na₂CO₃ V Na₂CO₃ ÷ V HCL
2.3.3.4
Penentuan konsentrasi NaOH dengan HCL
1. Memasukkan
larutan NaOH (langkah b)
2. Menambahkan
indikator PP
3. Mengisi
buret dengan larutan HCL 0,1 N (langkah a) membaca miniskus awalnya
4. Mentitrasi
larutan dan mencatat pembacaan volume akhir setelah terjadi perubahan warna
5. Menghitung
konsentrasi NaOH
N
NaOH actual = N HCL actual V HCL ÷ V NaOH
2.3.3.5 Penentuan faktor normalitas dari HCL dan NaOH
yang telah di standarisasi
1. Menghitung
faktor normalitas dari HCL terstandarisasi dengan persamaan faktor normalitas
HCL
= N HCL actual ÷ N NaOH teoritas
2. Menghitung
faktor normalitas dari NaOH terstandarisasi dengan persamaan faktor normalitas
NaOH = N NaOH
actual ÷ N NaOH teoritas
2.4 HASIL
DAN PEMBAHASAN
2.4.1
Hasil pengamatan
Tabel 2.2 tabel pembuatan larutan HCL
No
|
Prosedur Kerja
|
Hasil
|
1.
|
Menimbang labu ukur 100 ml kosong
|
65,81 gram
|
2.
|
Mengisi dengan aquadest ¾ menimbang dan mengukur
suhunya
|
186,996 gram
Suhu 31˚
|
3.
|
Menimbang gelas ukur kosong 100 ml
|
30,2316 gr
|
|
Mengisi gelas ukur dengan 0,9 ml HCL menimbang dan
mengukur suhunya
|
30,996 gr
Suhu 34˚C
|
Tabel 2.3 Pembuatan larutan NaOH
No
|
Prosedur kerja
|
Hasil
|
1.
|
Menimbang NaOH dengan neraca analitik
|
NaOH 0,4 gram
|
2.
|
Melarutkan NaOH dengan air hangat didalam gelas
piala
|
Butiran NaOH larut
|
3.
|
Merasakan larutan apakah terasa lebih panas tetap
atau lebih dingin dari sebelumnya
|
Larutan terasa lebih panas
|
|
Memindahkan larutan kedalam takar 100 ml mengisi
dengan aquadest mengkocok agar homogen
|
Larutan
NaOH encer
V NaOH 100 ml
|
Tabel 2.4 Standarisasi larutan HCL 0,1
dengan larutan Na₂CO₃
No
|
Prosedur Kerja
|
Hasil
|
1.
|
Memasukkan 10 ml HCL (langkah 2,3,3,1) kedalam
Erlenmeyer
|
Larutan didalam Erlenmeyer
|
2.
|
Menambahkan 3 tetes metil orange kedalam 10 ml HCL
di erlenmeyer
|
Warna larutan merah muda
|
3.
|
Mengisi buret dengan CaCO₃
0,1 N membaca miniskus awal dan mentitrasi larutan HCL hingga terjadi
perubahan warna
|
V titrasi awal = 21,3 ml warna menjadi kuning
V titrasi akhir = 9,1 ml
|
4.
|
Mencatat volume larutan Na₂CO₃
0,1 yang diperlukan titrasi
|
∆V titrasi = 21,3 – 9,1 ml = 12,2 ml
|
Tabel 2.5 Penentuan konsentrasi NaOH
dengan HCL
No
|
Prosedur kerja
|
Hasil
|
1.
|
Memasukkan NaOH (langkah 2,3,3,2) sebanyak 10 ml
kedalam Erlenmeyer
|
|
2.
|
Menambahkan 3 tetes indikator PP (phenolphtalein)
|
|
|
Mengisi buret dengan HCL 0,1 N (langkah 2,3,3,1)
membaca miniskus awalnya
|
|
4.
|
Mentitrasi larutan dan mencatat volume akhir setelah
perubahan warna pada larutan
|
Warna menjadi bening
V titrasi akhir = 39,0 ml
∆V titrasi = 39,0 ml – 28,3 ml = 10.7 ml
|
2.5
PEMBAHASAN
Praktikum
ini bertujuan mempelajari sifat keasaman/kebebasan suatu larutan : terlebih
dahulu membuat larutan HCL.sebelum pembuatan larutan HCL adalah menimbang gelas
ukur dan labu ukur untuk mengetahui berat larutan sebenarnya.melakukan
pengukuran suhunya dilakukan sebelum pencampuran HCL dengan aquadest maupun
setelahnya.suhu setelah tercampur lebih rendah,mengetahui reaksi HCL pekat
merupakan reaksi yang membebaskan panas ke lingkungan dapat di amati kenaikan
temperaturnya setelah pencampuran.
HCL adalah gas tak berwarna dan berbau tajam
sangat larut didalam air dengan membentuk asam kuat.kadar atau konsentrasi HCL
(asam) dapat ditentukan melalui proses titrasi dengan mereaksikan HCL (titrat)
yang ditambahkan indikator PP 3 tetes dengan NaOH (titrat) titrasi harus
dihentikan bila larutan HCL yang dicampur 3 tetes berubah warna dari bening
hingga menjadi merah muda volume NaOH =39,0 ml.volume yang digunakan akan
mempengaruhi hasil ketika NaOH di tetesi metil merah yang mempunyai trayek 4,0
– 5 dari bening menjadi warna pink karena NaOH adalah larutan basa maka warna
yang terjadi akan menjadi pink.terjadi karena larutan HCL dalam keadaan titik
ekuivalen yang mana PHnya sudah tepat pada saat asam dan basa ekuivalen.
Dari
semua,titrasi hasil perhitungan konsentrasi 39,0 ml
2.6 PENUTUP
2.5.1
Kesimpulan
Kesimpulan yang terdapat
dari percobaan ini :
1.
Konsentrasi larutan
standard an Na₂CO₃ 9,1 ml
2.
Aquadest digunakan
sebagai pengenceran agar tidak terlalu asam
3.
Konsentrasi NaOH dengan
indikator PP 39 ml
2.5.2
Saran
Sebelum praktikum memperhatikan kebersihan alat-alat
agar saat percobaan larutan tidak gagal.
DAFTAR
PUSTAKA
Anshary,irfan,1999,kimia
1,erlangga,Jakarta
Brdy,t,jame,1998,kimia,universitas
edisikes,Jakarta
Karyadi,beni,1997,kimia
11,Jakarta
Nonimus
Petrucci,Ruteh
H,1996,kimia dasar,Erlangga,Jakarta
LAMPIRAN
Diagram Aliran
a). pembuatan
larutan HCL
aquadest
↓ •mengisi laba takar 100 ml yang sudah di timbang
sebelumnya
HCL
↓ •mengisi kedalam gelas ukur yang sudah
ditimbang sebelumnya dan kemudian menimbang dan mengukur suhunya
0,86 ml HCL dan
1,66 ml
HCL
↓ •menuang secara hati-hati kedalam labu
takar
Aquadest
•menambahkan aquadest 100 ml,mengkocok dan menimbang kemudian
mengukur suhunya
b) Pembuatan
larutan NaOH
NaOH padat 0,4
gram
•menimbang dengan neraca analitik
•memasukkan kedalam gelas piala dan
menambahkan sedikit air yang baru dihangatkan
•merasakan larutan apakah lebih
terasa panas,tetap atau lebih dingin dari sebelumnya
•memindah larutan dalam labu takar
100 ml dan mengencerkan dengan cara mengocok
c) Standarisasi
larutan HCL dengan Na₂CO₃
larutan HCL
dengan Na₂CO₃
•melarutkan HCL 10 ml kedalam
Erlenmeyer
•menambahkan 3 tetes metil orange
LAMPIRAN 2
1. pembuatan
larutan HCL
Diketahui :
Massa labu takar 100 ml = 65,89 gr
Massa labu takar + aquadest =
138,7590 gr
Massa gelas ukur = 30,2316 gr
Massa gelas ukur + aquadest + HCL =
166,099 gr
Volume HCL = 8,6 ml
BM HCL = 36,5 gr/mol
BM aquadest = 18 gr/mol
V pengenceran = 100 ml
Ditanya :
a.
%
=
b.
%
=
c.
Molaritas =
d.
Molalitas =
e.
PP =
f.
Fraksi mol =
Penyelesaian :
M HCL = (m.gelas
ukur + HCL) – (m.gelas ukur kosong)
=30,2316 – 166,099
= 135,867
M campuran =
(m.labu takar HCL aquadest) – (m.labu takar kosong)
= 138,7590 – 65,8
= 72,259
M aquadest =
(m.labu takar + aquadest) – (m.labu takar kosong)
= 30,2316 – 65,8
= 35,5684
a)
%
=
=
×
100 % = 1,86 %
b)
%
=
×
100 % =
×
100 % = 8,6 %
c)
Molaritas
n HCL =
=
=
3,722 mol
m =
=
=
37,22 M
d)
Molalitas
M =
×
=
0,028 M
e)
PPM
PPM =
10⁶ =
×
10⁶
= 1,86×10⁶
PPM
f)
Fraksi mol
N aquadest =
=
×1,276
Fraksi mol =
=
=
0,625
b) pembentukan larutan
NaOH
diketahui : massa NaOH =0,4 gr
volume pengenceran = 100 ml = 0,1 L
BM NaOH = 40 gram/mol
Ditanya : a) mol NaOH …?
b) %
…?
Jawab :
a)
m NaOH = m NaOH/BM NaOH
× ⅟v
pengenceran
=
0,4 / 40 × ⅟0,1
=
0,1
b)
%
=
×
100 % =
×
100 % = 0,4
C) penentuan
konsentrasi larutan HCL dengan larutan Na₂CO₃
Diketahui : ∆V Na₂CO₃ = 10 ml
N Na₂CO₃ = 0,1 N
Volume HCL = 10 ml
Ditanya : Normalitas
HCL actual…?
Penyelesaian : N HCL
actual =
N HCL
actual =
N HCL
actual = 0,1 N
d) penentuan
konsentrasi NaOH dengan HCL
diketahui : volume NaOH =10 ml
∆ HCL = 12,8 ml / 13 ml
Ditanya : Normalitas
NaOH actual =…?
Penyelesaian :
N NaOH actual =
N NaOh actual =
N NaOH actual = 0,13 N
e) Faktor normalitas
dari HCL dan NaOH yang telah di standarisasi
1. faktor normalitas
dari HCL terstandarisasi
faktor normalitas HCL =
=
=
1
2. Faktor normalitas
NaOH terstandarisasi
Faktor normalitas NaOH
=
=
=
1,3
Tidak ada komentar:
Posting Komentar